Jumat, 05 Desember 2008

KETIKA HATI DIPENUHI AMARAH

Marah sebenarnya merupakan atribut seorang insan yang manusiawi. Jadi setiap orang sudah mempunyai potensi untuk marah, dan hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa kita tolak.

...Yang dipermasalahkan di sini adalah sikap mudah meluapkan amarah, dengan kata lain kemarahan yang kronis. Biasanya tipe marah kronis ini terbentuk dari sikap bermusuhan yang terus menerus yang akhirnya memunculkan kecenderungan melontarkan komentar pedas dan celaan. Selain itu hal ini juga bisa timbul karena ketersinggungan dan akhirnya amarahpun meluap dan akan dilontarkan kepada siapa saja yang ditemuinya.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, “Berilah aku wasiat!”. Maka Nabi pun bersabda “Janganlah engkau mudah marah!” Maka diulangnya permintaan itu beberapa kali, dan beliaupun bersabda, “Janganlah engkau mudah marah!”

Yang dimaksud dengan sabda Rasulullah “Janganlah engkau mudah marah!” dalam hadits tersebut adalah “Janganlah kamu mudah meluapkan amarah!” yaitu mudah meluapkan amarah kepada siapapun dan dimanapun, karena hal ini bisa berakibat buruk bagi diri kita sendiri. Jika orang yang kita jadikan sasaran atas kemarahan kita tersebut tidak bisa memahami apa yang sedang terjadi pada diri kita, bisa jadi dia akan berpikir yang negatif terhadap kita.

Menahan amarah merupakan salah satu dasar pokok bidang akhlak dalam agama Islam. Imam Ibnu Abi Zaid al-Qairawany menerangkan, “Adab-adab kebaikan terhimpun dan bersumber dari 4 hadits: yaitu hadits“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berkata baik atau diam”, hadits “Salah satu pertanda kebaikan Islam seseorang, jika ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfat baginya”, hadits“Janganlah engkau marah”, dan hadits “Seorang mu’min mencintai kebaikan untuk saudaranya, sebagaimana ia mencintai kebaikan tersebut bagi dirinya sendiri”.

Kebiasaan mudah marah ini juga akan memiliki pengaruh yang buruk terhadap kesehatan seseorang. Sebuah penelitian di Stanford University Medical School pada pasien-pasien penyakit jantung memberikan data yang sangat mengejutkan. Ketika pasien-pasien itu diminta untuk menceritakan kembali peristiwa-peristiwa yang dapat memicu amarah mereka, maka efisiensi pemompaan jantung turun hingga 5-7 % lebih. Hal ini merupakan suatu rentang yang oleh para ahli kardiologi dianggap sebagai tanda iskimia miokordial (yaitu penurunan aliran darah yang bisa membahayakan jantung).

Hasil serupa juga ditemukan pada studi di Yale School of Medicine terhadap 929 pria yang pernah mengalami serangan jantung. Kelompok pria yang mudah marah terbukti punya resiko meninggal karena serangan jantung lebih dari tiga kali lipat daripada kaum pria yang perangainya lebih tenang. Mungkin inilah hikmah dari hadits Abu Hurairah di atas, ketika Rasulullah memerintahkan kita agar jangan mudah marah.

Menahan diri agar tidak mudah marah juga merupakan perbuatan terpuji dan mempunyai keutamaan tersendiri. Dari Abu Hurairah rahiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
“Bukanlah dikatakan orang kuat karena dapat membanting lawannya, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya diwaktu marah.” (Riwayat Bukhary dan Muslim)
Orang yang mampu menahan hawa nafsunya tidak hanya diberi label sebagai orang yang kuat, namun ia juga mendapatkan jaminan surga.

Suatu ketika pernah ada seseorang yang manghadap Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam lalu ia berkata, “Ya Rasulullah, ajarilah aku ilmu yang dapat mendekatkanku menuju surga dan menjauhkan diriku dari neraka!”. Beliau kemudian bersabda, “Jangan marah, maka engkau berhak mendapatkan surga.” (Shahih, Riwayat Thabrany)

Bagaimana dengan kita wahai saudaraku? Marah bukanlah cara yang terbaik untuk kita menyelesaikan suatu masalah. Hadapilah setiap masalah tersebut dengan bijak dan pikiran yang jernih.

Marilah kita senantiasa berusaha untuk bisa menahan amarah kita, bukan hanya agar jantung kita menjadi sehat, akan tetapi haruslah kita niatkan ikhlas untuk mencari ridha Allah semata agar bermanfaat sebagai tabungan amal untuk akhirat kelak. Selain itu, orang yang penuh dengan kesabaran juga akan lebih dicintai oleh orang lain.

Ya Allah...
Aku memohon kepadamu dengan wasilah,
Bahwa aku bersaksi bahwa Engkaulah Allah,
Yang tiada Rabb selain Engkau,
Yang Maha Esa,
Tempat semua manusia meminta,
Yang tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan,
Dan tiada seorangpun yang menyamai-Nya.

Ya Allah...
Dengan kekuasaan-Mu aku memasuki pagi,
Dengan kekuasaan-Mu aku memasuki petang,
Dengan kekuasaan-Mu aku hidup,
Dengan kekuasaan-Mu aku mati,
Dan kepada-Mu lah tempatku kembali.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh....

Rabu, 05 November 2008

Bicaralah dengan bahasa hati

Bicaralah dgn bahasa hati,maka akan sampai kehati pula. Kesuksesan bkn se-mata2 betapa keras otot dan betapa tajam otak kita,namun juga betapa lembut hati kita dlm menjalani segala sesuatunya.Kita tak kan dpt menghentikan tangisan bayi hanya dgn merengkuhnya dlm lengan yg kuat.Atau,membujuknya dgn berbagai permen dan kata2 manis.Kita harus mendekapnya hingga ia merasakan detak jantung yg tenang jauh di dlm dada kita.

Kamis, 04 September 2008

ISTRI YANG DIUJI

ISTRI YANG DIUJI
[Untuk Saudariku R di suatu tempat]


Hidup adalah kesinambungan ujian yang berkelanjutan. Setiap kita diuji. Jangan mengira hanya kita saja yang diuji, tetapi semua manusia dengan caranya masing-masing. Tetapi biasalah, kita hanya melihat pelangi yang ada di atas kepala orang lain. Maksudnya, kita sering merasakan, hidup... orang lain lebih indah, lebih bahagia ... hanya kita yang menderita. Pada hal, setiap kita diuji, pada titik kelemahan masing masing. Dan inilah cerita ... istri yang diuji.

Bagaimana aku di mata suami ku? Apakah aku ini masih dicintainya? Atau aku masih diterima sebagai istri hanya karena sudah tidak ada pilihan dan jalan yang lain lagi ... Lalu pernikahan yang tidak bahagia ini, walau sengsara sekalipun harus diteruskan. Nanti apa kata sanak saudara? Apa pula anggapan teman-teman? Dan yang paling penting, bagaimana pula nasib anak-anak kalau aku bercerai nanti.

Lalu dikayuh jugalah bahtera pernikahan yang diumpamakan sudah hilang angin itu. Meskipun layarnya sudah terkoyak. Alhasil, rumah tangga terumbang-ambing. Ke depan tidak, ke belakang pun tidak. Jemu. Beku! Ah, apakah benar pernikahan itu bagai kuburan percintaan?

Jika rasa-rasa seperti di atas telah dirasakan oleh istri, maka memang benar pada saat itu memang benar pernikahan itu kuburan percintaan.Bukan saja kuburan, bahkan ia sudah menjadi neraka. Pada saat itulah harga diri istri berada di tingkat yang paling rendah. Dia seolah-olah tidak ada harga diri lagi. Keyakinannya sudah terkikis, harapannya sudah menipis. Seperti apa harga diri? Martabat? Status?

Secara mudah harga diri ditafsirkan sebagai penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri pada kemampuannya untuk berhasil atau bahagia dalam hidup. Pendek kata, jika seseorang ingin bahagia dia harus memiliki harga diri yang tinggi. Dia harus merasa layak, mampu dan kompeten untuk berhasil. Dia 'feel good' dengan dirinya sendiri. Berbeda dengan mereka yang memiliki harga diri yang rendah. Mereka akan selalu merasa lemah, tidak yakin dan ragu-ragu pada kemampuan diri sendiri untuk bahagia.

Tanda istri yang hilang harga diri begitu signifikan. Terkadang jadi pemurung. Banyak memencilkan diri. Atau ada pula yang mudah marah-marah. Terlalu sensitif. Hilang semangat untuk membersihkan diri apalagi berhias atau merawat rumah. Tidak ada apa lagi yang ingin 'diperjuangkannya' atau yang akan menggembirakan atau yang menyedihkannya. Dia seperti orang mati - hilang semangat untuk hidup.

Inilah akibatnya bila seseorang lebih mementingkan pandangan suaminya terhadap diri mereka daripada pandangan diri sendiri. Apa penilaian suamiku? Apakah dia masih cinta atau telah jemu? Hidupnya dihantui prasangka.Dan prasangka itulah yang menghilangkan keceriaan dan semangatnya.

Ironisnya, lama-kelamaan perasaan rendah diri yang mulanya pasif itu akan berubah menjadi agresif. Menurut psikolog banyak orang yang pada mulanya memiliki harga diri yang rendah, akan memandang rendah kepada orang lain. Ah, suami ku juga apa kurangnya. Dia pun tidak hebat hebat amat.Ya, orang yang tidak punya harga diri tidak akan dapat menghargai orang lain sebagaimana orang yang tidak punya uang, mustahil bisa memberikannya kepada orang lain

Hakikatnya penilaian diri terhadap diri sendiri jauh lebih penting dari penilaian orang lain terhadap diri kita. Maksudnya, biar dipandang rendah di mata suami, tetapi jangan dipandang rendah di mata sendiri. Sayangnya, dalam pernikahan yang tidak bahagia banyak istri atau suami yang merasa harga diri mereka direndahkan oleh pasangannya.



Dalam sebuah rumah tangga, harga diri sangat penting apakah pada suami maupun isteri. Suami terutama tidak bisa memandang rendah pada dirinya sendiri. Rasakanlah yang diri kita bisa dan mampu untuk memimpin, melindungi dan menghidupi keluarga. Bila harga diri suami tinggi maka barulah barulah dia akan mampu menghargai istrinya. Awas, jika kita sering sombong, meremeh-temehkan bahkan menghina pasangan kita itu menunjukkan harga diri kita yang rendah!

Para istri tidak dapat membandingkan diri kita dengan orang lain secara tidak sehat. Konon, istri orang lain lebih bijak, kaya dan lebih beruntung dari kita. Dia lupa bahwa setiap kita memiliki kelebihan tersendiri. Kita adalah unik, dan dunia tidak akan lengkap tanpa kehadiran kita. Kita dibuat untuk berhasil dan bahagia.

Maha Suci Allah, yang sekali-kali menciptakan hamba-Nya untuk gagal dan menderita. Allah menciptakan kita untuk berhasil dan bahagia. Sebab itulah diturunkan untuk kita Rasulullah saw dengan Al Quran dan sunahnya. Dan kepada setiap individu diberikan berbagai keistimewaan tersendiri.

Soalnya, apakah kita telah membangunkan segala keistimewaan itu secara optimal? Sejauh mana segala kelebihan yang Allah berikan kepada kita telah kita kenali, kita raba dan dipergunakan? Isteri yang diuji harus mencari kembali kekuatannya. Di mana keunikan aku? Aku istimewa, aku unik, bisikkan begitu pada diri.

Siti Saudah isteri Rasulullah S.A.W. mungkin tidak secantik dan sebijak Humairah (Siti Aisyah R.A), tetapi dia tidak rendah diri, dia tidak hilang harga diri ... Lalu dia rajin bangun malam (berqiamullail) dan dikorbankan giliran mala-nya bersama Rasulullah untuk Siti Aisyah demi menyenangkan hati Rasulullah karena mengharap ridha Allah. Lihat, dia tidak merintih, mengeluh dan mengeluh nasib diri. Sebaliknya, dia tahu harga dirinya di mana!

Saudariku,

Jadilah diri kita sendiri, sayangi diri itu dengan membangun satu keyakinan bahwa Allah Maha Adil, dengan memberikan bakat dan kemampuan untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup berbekalkan segala kelebihan yang kita miliki. Jangan rusak seluruh kehidupan hanya merasa tidak dihargai oleh suami. Hidup terlalu singkat dan sangat berharga untuk 'dikorbankan' hanya oleh prasangka dan curiga. Bahkan jika benar sekalipun kita dirugikan oleh suami, ingatlah suami bukan segalanya.

Bangun, dan buatkanlah harga diri kembali. InsyaAllah, bila kita mulai menghargai diri sendiri barulah orang lain akan menghargai diri kita. Kita adalah unik justru tidak ada siapa yang serupa dengan kita bisa terjadi secara eksternal maupun internal. Cara yang terbaik untuk membanding adalah bandinglah diri kita sekarang dengan potensi kita yang sebenarnya.

Ubahlah diri ke arah yang lebih baik, insya-Allah kita akan lihat suami, anak-anak dan seluruh isi rumah kita akan berubah. Dan perubahan itu dapat terjadi dua cara. Pertama, memang suami, anak-anak dan rumah tangga kita berubah menjadi lebih baik seperti yang kita harapkan. Kedua, kita yang berubah lalu mampu melihat, menafsirkan dan bertindak terhadap suami, anak-anak dan rumah tangga yang masih sama dan 'gitu-gitu' saja tetapi dengan perspektif yang berbeda.

Apa yang dulunya kita lihat sebagai derita sudah berubah bahagia karena hidayah yang Allah jatuhkan ke dalam hati kita telah memberi makna yang berbeda. Dunia tidak berubah, tetapi mata hati kita yang berubah lalu yang kita lihat hanya yang indah-indahnya saja. Alangkah bahagianya punya hati yang begitu ... bila pahit dirasakan obat, bila manis dirasakan halwa, bila asam dianggap ulam. Itulah hati yang mampu dan disediakan untuk setiap istri dan Anda layak untuk memilikinya!
Kita tidak perlu menyaingi suami untuk mendapatkan keyakinan diri. Dia tetap dia dan kita tetap kita. Jangan menunggu suami menghargai diri kita, barulah kita merasa diri kita berharga ... sebaliknya hargailah diri kita terlebih dahulu barulah suami akan menghargai kita. Merendah diri di hadapan suami, bukan berarti mengorbankan harga diri kita sebagai insan yang sempurna ciptaan Allah.

Ingatlah kata-kata ini: Jangan khawatir jika diri tidak dihargai tetapi bimbanglah jika diri memang tidak berharga. Teruslah menjalankan tanggung jawab keluarga dengan baik. Jangan sekali-kali 'sakit jiwa' karena tidak dihargai justru di dalam diri kita sudah ada keyakinan bahwa diri kita memang berharga!

--------------------------------------
MADAH SUMAYAH

Suamiku
Bunga semalam telah layu
Gugur dari jambangannya
Mujur ...Cinta kita
Bukan itu lambangnya

Mulutku telah kaku merayu
Hatiku malu untuk terus cemburu
Tidak seperti dulu ...
Karena kini kau seorang mujahid
Yang rindu memburu syahid!

Maaf jika tutur dan tingkahku
Senyum dan seri wajahku
Pudar dan hambar di matamu
Padaku yang baru belajar
... menjadi seorang mujahidah

Aku kini hanya mendoakan
Agar kau menjadi Yassir
Walau kiranya ...
Bukan aku sebagai Sumayyahmu!

Dalam tangis kucoba tersenyum
Ketika kau keluar bermusafir
Seperti redhaNya Siti hajar
Waktu ditinggalkan Ibrahim

Biarlah kita berpisah
dan aku selalu menderita
karena surga menagih ujian berat
Sedang neraka itu ...
Dipagar ribuan nikmat!

------------------------------------

Wallahu Ta’ala ‘Alam bishowab

Senin, 04 Agustus 2008

Apa Itu Maaf?

Maaf adalah kata kunci untuk membuka pintu dendam dan belenggu kebencian. Maaf mengandung sebuah kekuatan yang sanggup mematahkan rantai kepahitan dan keterikatan pada sifat mementingkan diri...“Jadilah engkau pemaaf dan perintahkan orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS al-A’raaf: 199).

Jumat, 04 Juli 2008

PRASANGKA

PRASANGKA

Aku dilukai dan dikecewakan seorang kawan,
dan menemukan diriku marah berkepanjangan,
Aku merusak semangatku
...karena orang lain.

Aku tidak mewujudkan mimpiku dengan seketika,
kemudian berhenti berusaha.
Aku merusak semangatku
karena Ketidaksabaran.

Aku merasakan turunnya hujan di pintu musim kemarauku,
dan mengeluh semuanya itu tidak cukup.
Aku merusak semangatku
karena cuaca.

Aku memperhatikan hal-hal yang kumiliki
dan menyebut semuanya itu tidak cukup.
Aku merusak semangatku
karena Rasa Kekurangan.

Aku berlari tergesa-gesa
dan kehilangan rasa damaiku.
Aku merusak semangatku
karena Waktu dan Tindakan.

Aku melihat tantangan sebagai masalah,
dan takut terhadap hal buruk yang akan terjadi.
Aku merusak semangatku
karena Kecemasan.

----------------------

Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan). [QS Yunus, 10: 36]

Dalam kajian etika (Islam), prasangka dibedakan dalam dua jenis. Prasangka yang mendatangkan dosa dan prasangka yang tidak mendatangkan dosa. Yang pertama dilakukan oleh orang yang berprasangka dengan menampakkannya melalui ucapan. Yang kedua dilakukan oleh orang yang hanya berprasangka dalam hati. Yang pertama berimplikasi dosa, sedangkan yang kedua – pada dasarnya – “tidak”. Namun bila dibiarkan dan tidak dikendalikan dengan tepat, prasangka yang kedua pun bisa menjadi pembuka jalan terjadinya prasangka yang pertama. Prasangka yang yang terucap pada mulanya terjadi karena prasangka dalam hati. Dan oleh karenanya, orang-orang bijak menasihati, keduanya harus dihindari.
Orang boleh berdalih: “Tidak setiap prasangka itu bermakna negatif. Semua berpulang pada niat manusianya”. Tetapi harus diingat, bahwa setiap niat bisa berubah selaras dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Banyak orang yang semula berniat baik, namun seiring dengan perubahan situasi dan kondisi, tiba-tiba semuanya menjadi serba berubah. Setiap manusia tidak bisa memperkirakan secara tepat, kapan niat itu tiba-tiba bisa berubah, karena mereka tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Mungkin perubahan-perubahan situasi dan kondisi yang sangat cepat, memaksa dirinya untuk mengubah niat, atau dengan tanpa sengaja berubah niat. Itulah panggung kehidupan, yang memang tidak pernah menentu, Kata orang sebgian bijak: ”tidak ada rumus matematis yang serba-pasti bagi kehidupan ini, termasuk di dalamnya kehidupan manusia ketika dirinya harus berhadapan dengan realitas yang selalu berubah”.

Ketika kita semua hidup dalam dunia prasangka, maka sangat muingkin segalanya menjadi serba tidak nyaman. Hidup ini serasa penuh beban, dan dalam banyak hal sulit untuk dinikmati. Kita semakin akan mudah untuk saling-curiga dengan siapa pun, di mana pun dan kapan pun. Sebut saja, ketika ada seseorang atau sekelompok orang tiba-tiba “ada” di hadapan kita dengan pandangan penuh senyum dan tawa, tiba-tiba kita pun menerka: “ada apa dengan senyum dan tawa itu”. Jangan-jangan orang itu sedang menertawakan diri kita. Lalu kita pasang kuda-kuda untuk menghadapinya dengan sikap “siap-perang”. Begitu juga, ketika ketika ada seseorang atau sekelompok orang yang datang tiba-tiba dengan muka masam dan kusut, kita pun punya sikap yang – kurang lebih – sama: “siap-perang”. Pendek kata, apa pun yang kita temukan pada setiap orang dalam setiap ruang dan waktu, akan kita sikapi dengan langkah awal: “negative-thinking”. Seolah-olah tidak ada ruang lagi di relung hati kita untuk berpikir positif pada siapa pun, di mana pun dan kapan pun.

Melawan prasangka, bagi setiap pecinta kebenaran bukanlah hal yang sulit. Menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai pedoman hidup bukanlah hal yang aneh. “Merupakan sebuah keharusan abadi”. Dan oleh karenanya, setiap muslim sudah semestinya (bisa) menghindar terhadap semua “prasangka”, dan apalagi “berprasangka“. Dengan kata lain: “tidak dibenarkan berprasangka buruk kepada orang lain, dan biarkan semua orang berprasangka terhadap dirinya ketika dia harus memilih untuk menjadi yang benar“.

Agama kita, “Islam”, hanya membolehkan berprasangka dalam rangka berhati-hati terhadap semua informasi yang disampaikan orang fasik agar tidak terkecoh oleh bualan mereka. Dan selebihnya: kita harus menyatakan ‘tidak” untuk semua prasangka. Demi kemashalatan kita bersama “here and here-after” (fid dunya wal âkhirah).

Wallahu Ta’ala ‘Alam bishowab

Rabu, 04 Juni 2008

Wanita Adalah Mutiara Yang Terpelihara

WANITA...MUTIARA YANG TERPELIHARA..
[Untuk anakku R]

Salam..
Untukmu yang bergelar muslimah..
Allah menghalalkan kepadamu memperhias diri dengan perhiasan dari emas & sutera yang Dia haramkan bagi kaum lelaki. Rasulullah SAW bersabda: " Kedua- dua perhiasan ini (emas & sutera) diharamkan bagi lelaki dan dihalalkan bagi wanita ". (HR. Ibnu Majah dari Ali bin Abi Thalib). Ia halalkan semua ini untukmu demi menjaga kecantikanmu dan sesuai dengan sifatmu yang lembut.

Sebaliknya Allah mengharamkan segala sesuatu yang dapat menghilangkan sifat kewanitaanmu yang halus dan lembut itu baik dari segi berpakaian, bertingkah dan perilaku yang menyerupai lelaki, demikian juga lelaki diharamkan menyerupai wanita dalam berpakaian, gerak dan tingkah laku, kerana hal itu tidak sesuai dengan jiwa dan tabiatnya. Rasulullah SAW bersabda: " Allah melaknat lelaki yang memakai pakaian wanita dan wanita memakai pakaian lelaki ". (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah ra.)

Allah melindungi kelemahanmu dan menempatkanmu selalu dalam naungan lelaki, Dia tidak menuntut kamu mencari penghidupan untuk memenuhi keperluanmu atau keperluan orang lain, tetapi kaum lelakilah yang diwajibkan memenuhi segala keperluan hidupmu, kerana Dia tidak mahu engkau susah dalam kehidupan demi sesuap nasi agar engkau tidak terhina.
Jika engkau seorang gadis, ayah dan saudara lelaki lah yang wajib memenuhi keperluanmu, jika kau seorang ibu, anak lelakilah yang dituntut menjamin keperluan hidupmu, dan jika engkau seorang isteri, suami mu lah yang harus bertanggungjawab untuk kesemua keperluanmu, lalu jika tidak ada seorang antara mereka yang menjamin keperluan hidupmu maka Allah mewajibkan kepada pemerintah untuk memenuhi semua keperluan hidupmu yang asasi.

Allah memerintahkan kepadamu menjaga pandanganmu terhadap kaum Adam agar syaitan tidak menjerumuskanmu ke dalam lembah yang hina. Allah berfirman: " Katakanlah kepada wanita yang beriman: " Hendaklah mereka menahan pandangan mereka..."

Allah memerintahkan kepadamu menjaga tubuhmu daripada tangan- tangan jahil dan penghinaan mata- mata yang jahat dengan membalutnya menggunakan pakaian mulia kecuali muka & telapak tanganmu. Allah berfirman: "....dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang (biasa) nampak dari mereka, dan hendaklah mereka menutupkan kain tudung ke dada mereka..."

Allah memerintahkan kepadamu tidak menampakkan perhiasanmu yang tersembunyi seperti rambut, leher, betis, dan lengan tanganmu kecuali kepada suamimu, dan orang2 yang termasuk mahram bagimu. Allah berfirman dan ertinya: "...dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera2 mereka, atau putera2 suami mereka, atau saudara2 mereka, atau putera2 saudara laki2 mereka, atau putera2 saudara perempuan mereka, atau wanita2 Islam, atau kanak2 yang mereka miliki atau pelayan2 lelaki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak yang belum mengerti tentang aurat wanita..."

Allah memerintahkan kepadamu berjalan dengan santai dan berbicara dengan nada rendah sehingga engkau nampak berwibawa dan terhormat. Allah berfirman: " ....dan janganlah mereka menghentak-hentakkan kaki mereka agar tidak diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan..."
"....maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya..."

Allah memerintahkan kamu menghindari segala sesuatu yang dapat menarik perhatian kaum lelaki kepada dirimu dan tergoda dengan penampilanmu dengan mengikuti perilaku kaum jahiliyah pertama atau kaum jahiliyah abad ini.
Rasulullah SAW bersabda: " Wanita yang memakai wangian lalu keluar dari rumahnya agar orang2 mencium aromanya adalah penzina ". (HR. Abu Daud)

Anakku R,

Sebagai wanita, kesalahan dan masa lalu mu tidak sebaiknya diungkit seperti mana yang telah disabdakan oleh RAsulullah. Jika diungkit setelah kamu berubah, maka berdosa lah si pengungkit itu dan bertambahlah pula pahala buatmu. Katanya lagi..." Ya'fullahu 'amman tolabal 'afwaminhu "..jadi, perbaiki kehidupan baru dengan menoleh sejenak pada sejarah agar tidak terulang perkara yg sama. Tidak ada seorang manusia pun yang sempurna, terlepas dari kesilapan, noda dan dosa, tidak ada seorang pun yang berhak merendahkan orang lain, menilai org lain, menjatuhkan maruah orang lain dan membuka aib orang lain karena...tiada seorang manusia pun yang sempurna..masing masing memiliki kelebihan dan kekurangan...katanya..apa yang penting..." sana'ishu fil aakhirati 'ishatan abadiyyah "., katanya lagi..dalam pemikiran wanita ada kekurangan,tetapi dalam hati mereka ada kelebihan..katanya lagi..lelaki yg sengaja merendahkan kaum wanita merupakan lelaki yang paling rendah martabatnya karena lelaki seharusnya membimbing dan menunjukkan kewibawaan dan kepimpinan yang berlaku sebagai seorang pemimpin..katanya lagi.ikuti lah landasan syariat,menasihati siapa saja, saling tegur-menegur dan membimbing antara satu sama lain merupakan sesuatu yang penting demi menjaga keharmonisan..katanya lagi..air yang keruh jangan terus dibuang... ambil,dan jernihkan ia seperti semula..

Wallahu'alam bishowab

Minggu, 04 Mei 2008

Buah Kejernihan Qolbu

MUTIARA TAUSYIAH 1 Buah Kejernihan Qolbu Seorang sholeh pernah berkata: “Barang siapa yang mengisi lahirnya dengan mengikuti sunah, mengisi bathinnya dengan selalu bermuroqobah (selalu berdekatan dengan Alloh), menjaga pandangannya dari hal-hal yang diha...ramkan, menjaga dirinya dari syubhat dan hanya memakan makanan yang halal, maka firasatnya tidak pernah keliru, itulah buah dari kejernihan qolbu.” Muhammad bin Hasan ‘Ali At-Tirmidzi menjelaskan:”Hati bagaikan raja sementara anggota tubuh ibarat budak. Masing-masing anggota tubuh mungkin saja mengerjakan berbagai urusan, namun tetap dengan kehendak hati. Hati itu sendiri bergerak sesuai dengan kehendak Alloh. Tidak ada seorang pun yang bisa menjenguk hati orang lain. Alloh berhak untuk menghilangkan atau menanamkan apa saja yang Dia kehendaki dalam hati seseorang. Bila dihati ada cahaya atau sinar tauhid, atau nilai-nilai ketaatan kepada-Nya, semua itu juga berasal dari Alloh. Hati-hatilah yang memikirkan semua itu, dan dari hati juga muncul berbagai persoalan. Namun sangat disayangkan, disisi lain hati manusia adalah bagian dari Milik-Nya yang paling mudah berubah-ubah dan bergonta-ganti haluan.” Nabi bersabda: “Hati manusia itu lebih mudah berbolak-balik, dibandingkan dengan panci yang berisi air penuh mendidih.” (H.R.Ahmad dan Hakim) Nabi bersabda: “Hati disebut Qolb (yang berbolak-balik), karena kondisinya memang suka berbolak-balik. Perumpamaan hati itu seperti sehelai bulu yang menancap di akar pohon, ia akan berbolak-balik tak karuan digerakan oleh angin.” (H.R.Ahmad). ==Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun== Assalaamu’alaykum... Kaifa halukum..?? (=bagaimana kabar kalian semua..??) Suasana yang indah disore yang cerah.. Menentramkan Bathin yang sedang marah.. Aroma wangi bunga ditaman yang sedang merekah.. Simpulkan sedikit keceriaan diwajah.. Wahai sahabat TERSENYUMLAH.... Sebelum antum tanya kabar ana. Ana kasih bocoran nih. Alhamdulillah kabar ana sehat wal’afiat. ^_^

Sabtu, 05 April 2008

khairr dan sharr

Allah telah menciptakan pasangan ‘khairr dan sharr‘, baik dan buruk.Dia juga telah ciptakan ‘Al-Qada’ wal Qadar’.Tapi Dia menciptakan semua itu secara sedemikian rupa sehingga apapun yg terjadi merupakan hasil perbuatan manusia sendiri. Dia berikan pada manusia kemampuan untuk merubah apa-apa yg tidak baik.Apapun takdir yg akan manusia dapatkan,merupakan hasil dari niatnya,perkataannya, dan perbuatannya sendiri.

Jumat, 04 April 2008

CINTA KARENA ALLAH

CINTA KARENA ALLAH
[Untuk Saudariku M]
Berbicara tentang cinta adalah berbicara tentang rasa suka, rasa tenang dan tenteram, rasa rindu dan pengharapan. Namun tidak jarang dalam hubungan dengan sesama, kita merasakan kekecewaan, kekesalan, bahkan kemarahan yang akan berakhir pada perselisihan dan perpecahan. Padahal, sejatinya cinta ber...sifat menguatkan, bukan menghancurkan, ia menyuburkan, bukan membunuh, ia menyembuhkan, bukan menyakiti, sehingga cinta haruslah membuat sang pencinta menjadi orang yang lebih bahagia, bersemangat dan produktif.

Ketika hubungan dua manusia tidak lagi memberikan kebahagiaan, dan tidak memberikan manfaat tidak hanya bagi keduanya, melainkan juga kepada lingkungan sekitarnya, maka perlu ditinjau kembali perasaan cinta yang melandasi keduanya. Cinta semacam itu adalah cinta yang sudah dikotori oleh hawa nafsu. Lalu bagaimanakah hakikat dari cinta sejati?

Cinta sejati adalah cinta yang dilandasi atas kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya. Sesungguhnya cinta sejati adalah fitrah yang diberikan Allah kepada orang-orang mukmin.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang."(QS. Maryam: 96).

Cinta sejati adalah cinta yang dibingkai oleh iman kepada Allah swt. Bahkan Rasulullah saw. telah berjanji kepada siapa saja yang mampu melaksanakan tiga perkara, ia pasti akan mereguk lezatnya iman. Rasulullah saw. bersabda:
Dari Anas bin Malik ra berkata, Nabi Muhammad saw bersabda: “Seseorang tidak akan pernah mendapatkan manisnya iman sehingga ia mencintai seseorang, tidak mencintainya kecuali karena Allah, sehingga ia dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan darinya dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya.” (HR. Bukhari)

Dengan demikian, seorang mukmin tidak akan mencintai apapun dan siapapun apabila cinta itu membuatnya jauh dari kebenaran, membuatnya meninggalkan perintah Allah dan sunnah Rasul, atau bahkan membuatnya melakukan hal-hal yang dibenci Allah. Sebaliknya, cinta tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, bukan berdasarkan balasan yang kita terima dari orang yang kita cintai. Cinta sejati akan bertambah ketika iman orang yang kita cintai ikut bertambah.

Saudariku, M

Cinta sejati adalah cinta yang menyandarkan harapan terbesarnya hanya kepada Allah. Cinta seperti ini membebaskan manusia dari perasaan kecewa karena sungguh, tidak akan kembali pengharapan seorang makhluk kepada makhluk yang lain melainkan ia akan kembali berupa kekecewaan. Apalah yang bisa dilakukan seorang makhluk untuk memuaskan makhluk yang lain, sedangkan untuk memuaskan dirinya sendiri saja dia tidak bisa? Hanya kepada Allah lah berpulang semua pengharapan.

Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan bahwa rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Seiring berjalannya waktu dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan, efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari empat tahun.

Karenanya, tanpa ikatan yang berdasar karena ketuhanan, rasa cinta itu bersifat sangat sementara. Mencinta dan dicinta karena Allah swt. lah yang bisa melanggengkan pasangan suami istri, yang bisa melangengkan cinta orang tua pada anaknya dan sebaliknya, yang tentu juga akan menguatkan cinta saudara seiman dan juga meningkatkan kepedulian terhadap sesama.

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang telah dijanjikan Allah naungan pada hari kiamat, ketika tidak ada lagi naungan selain naungan-Nya. Amin.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman pada Hari Kiamat, “Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku pada hari ini? Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Ku.” (HR. Muslim)

WALLAHU 'Alam Bishowab

Selasa, 04 Maret 2008

Diam adalah ibadah

Diam adalah ibadah tanpa kelelahan, keindahan tanpa perhiasan, kewibawaan tanpa kekuasaan. Kita tidak perlu beralasan karenanya, dan dengannya aib kita tertutupi.

Jumat, 08 Februari 2008

Jagalah Lidah Karena Lidah Tak bertulang

LIDAH

Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menganugerahkan kepada manusia nikmat yang sangat banyak dan besar. Di antara nikmat Allah yang terbesar, setelah nikmat iman dan Islam, ialah nikmat berbicara dengan lidah, nikmat kemampuan menjelaskan isi hati dan kehendak.

...Allah Ta'ala berfirman:
"Allah yang Maha pemurah. Yang telah mengajarkan Al-Qur`an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara". [ar-Rahmân/55:1-4].

Penciptaan manusia dan pengajaran berbicara kepadanya benar-benar merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah yang besar. Oleh karena itulah, Allah juga menyebutkan nikmat-Nya tentang penciptaan alat-alat berbicara bagi manusia.

Allah berfirman:
"Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir". [QS Al-Balad 90:8-9].

LIDAH, SENJATA BERMATA DUA
Meski lidah merupakan nikmat yang besar, namun kita perlu mengetahui, bahwasanya lidah yang berfungsi untuk berbicara ini seperti senjata bermata dua. Yaitu dapat digunakan untuk taat kepada Allah, dan juga dapat digunakan untuk memperturutkan setan.

Jika seorang hamba mempergunakan lidahnya untuk membaca Al-Qur`ân, berdzikir, berdoa kepada Allah, untuk amar ma'ruf, nahi munkar, atau untuk lainnya yang berupa ketaatan kepada Allah, maka inilah yang dituntut dari seorang mukmin, dan ini merupakan perwujudan syukur kepada Allah terhadap nikmat lidah.

Sebaliknya, jika seseorang mempergunakan lidahnya untuk berdoa kepada selain Allah, berdusta, bersaksi palsu, melakukan ghibah, namimah, memecah belah umat Islam, merusak kehormatan seorang muslim, bernyanyi dengan lagu-lagu maksiat, atau lainnya yang berupa ketaatan kepada setan, maka ini diharamkan atas seorang mukmin, dan merupakan kekufuran kepada Allah terhadap nikmat lidah.

Dengan demikian, lidah manusia itu bisa menjadi faktor yang bisa mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah, namun juga bisa menyebabkan kecelakaan yang besar bagi pemiliknya.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk keridhaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam". [HR al-Bukhâri].

BENCANA LIDAH
Secara umum, bencana yang ditimbulkan oleh lidah ada dua. Yaitu berbicara batil (kerusakan, sia-sia), dan diam dari al-haq yang wajib diucapkan.

"Orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara, sedangkan orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu.

Orang yang berbicara dengan kebatilan ialah setan yang berbicara, ia bermaksiat kepada Allah Ta'ala. Sedangkan orang yang diam dari kebenaran ialah setan yang bisu, ia juga bermaksiat kepada Allah Ta'ala. Seperti seseorang yang bertemu dengan orang fasik, terang-terangan melakukan kemaksiatan di hadapannya, dia berkata lembut, tanpa mengingkarinya, walau di dalam hati. Atau melihat kemungkaran, dan dia mampu merubahnya, namun dia membisu karena menjaga kehormatan pelakunya, atau orang lain, atau karena tak peduli terhadap agama.

Kebanyakan manusia, ketika berbicara ataupun diam, ia menyimpang dengan dua jenis bencana lidah sebagaimana di atas. Sedangkan orang yang beruntung, yaitu orang yang menahan lidahnya dari kebatilan dan menggunakannya untuk perkara bermanfaat.

Bencana lidah termasuk bagian dari bencana-bencana yang berbahaya bagi manusia. Bencana lidah itu bisa mengenai pribadi, masyarakat, atau umat Islam secara keseluruhan.

Termasuk perkara yang mengherankan, ada seseorang yang mudah menjaga diri dari makanan haram, berbuat zhalim kepada orang lain, berzina, mencuri, minum khamr, melihat wanita yang tidak halal dilihat, dan lainnya, namun dia seakan sulit menjaga diri dari gerakan lidahnya. Sehingga terkadang seseorang yang dikenal dengan agamanya, zuhudnya, dan ibadahnya, namun ia mengucapkan kalimat-kalimat yang menimbulkan kemurkaan Allah, dan ia tidak memperhatikannya. Padahal hanya dengan satu kalimat itu saja, dapat menyebabkan dirinya bisa terjerumus ke dalam neraka melebihi jarak timur dan barat. Atau ia tersungkur di dalam neraka selama tujuh puluh tahun.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan satu kalimat, ia tidak menganggapnya berbahaya; dengan sebab satu kalimat itu ia terjungkal selama 70 tahun di dalam neraka".

Dalam riwayat lain disebutkan bahwasanya beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang ia tidak mengetahui secara jelas maksud yang ada di dalam kalimat itu, namun dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka lebih jauh dari antara timur dan barat". [HR Muslim].

Alangkah banyak manusia yang menjaga diri dari perbuatan keji dan maksiat, namun lidahnya memotong dan menyembelih kehormatan orang-orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Dia tidak peduli dengan apa yang sedang ia ucapkan. Lâ haula wa lâ quwwata illa bilâhil-'aliyyil-'azhîm.

Oleh karena bahaya lidah yang demikian itulah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengkhawatirkan umatnya.

"Dari Sufyan bin 'Abdullah ats-Tsaqafi, ia berkata: "Aku berkata, wahai Rasulullah, katakan kepadaku dengan satu perkara yang aku akan berpegang dengannya!" Beliau menjawab: "Katakanlah, 'Rabbku adalah Allah', lalu istiqomahlah". Aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah yang paling anda khawatirkan atasku?". Beliau memegang lidah beliau sendiri, lalu bersabda: "Ini".

MENJAGA LIDAH
Menjaga lidah disebut juga hifzhul-lisân. Lidah itu sendiri merupakan anggota badan yang benar-benar perlu dijaga dan dikendalikan. Lidah memiliki fungsi sebagai penerjemah dan pengungkap isi hati. Oleh karena itu, setelah Nabi n memerintahkan seseorang beristiqomah, kemudian mewasiatkan pula untuk menjaga lisan. Keterjagaan dan lurusnya lidah sangat berkaitan dengan kelurusan hati dan keimanan seseorang.

Dari Anas bin Mâlik , dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda.
"Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya, ia tidak akan masuk surga". [8]

Dalam hadits Tirmidzi dari Abu Sa'id al-Khudri, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Jika anak Adam memasuki pagi hari, sesungguhnya semua anggota badannya berkata merendah kepada lisan: "Takwalah kepada Allah dalam menjaga hak-hak kami. Sesungguhnya kami ini tergantung kepadamu. Jika engkau istiqomah, maka kami juga istiqomah. Jika engkau menyimpang (dari jalan petunjuk), kami juga menyimpang".

Oleh karena itu, seorang mukmin hendaklah menjaga lidahnya. Apa jaminan bagi seseorang yang menjaga lidahnya dengan baik? Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Barang siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga baginya".

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga menjelaskan, menjaga lidah merupakan keselamatan. "Dari 'Uqbah bin 'Aamir, ia berkata: "Aku bertanya, wahai Rasulallah, apakah sebab keselamatan?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Kuasailah lidahmu, rumah yang luas bagimu, dan tangisilah kesalahanmu". [HR. Tirmidzi].

Maksudnya, janganlah berbicara kecuali dengan perkara yang membawa kebaikan, betahlah tinggal di dalam rumah dengan melakukan ketaatan-ketaatan, dan hendaklah menyesali kesalahan-kesalahan dengan cara menangis.

Imam asy-Syafi'i berkata: "Jika seseorang menghendaki berbicara, maka sebelum berbicara hendaklah ia berfiikir; jika jelas nampak maslahatnya, maka ia berbicara; dan jika ragu-ragu, maka tidak berbicara sampai jelas maslahatnya".

Selain itu, lidah merupakan alat yang berguna untuk mengungkapkan isi hati. Jika ingin mengetahui isi hati seseorang, maka perhatikanlah gerakan lidahnya, isi pembicaraannya, dan hal itu akan menunjukkan isi hatinya, baik orang tersebut mau maupun enggan.

Diriwayatkan, bahwasanya 'Umar bin al-Khaththab berkata: "Barang siapa banyak pembicaraannya, banyak pula tergelincirnya. Dan barang siapa banyak tergelincirnya, banyak pula dosanya. Dan barang siapa banyak dosa-dosanya, neraka lebih pantas baginya".

Diriwayatkan, bahwasanya Ibnu Mas'ud pernah bersumpah dengan nama Allah, lalu berkata: "Tidak ada di muka bumi ini sesuatu yang lebih pantas terhadap lamanya penjara daripada lidah! Di muka bumi ini, tidak ada sesuatu yang lebih pantas menerima lamanya penjara daripada lidah".

Diriwayatkan bahwasanya Ibnu Mas'ud berkata: "Jauhilah fudhûlul-kalam (pembicaraan yang melebihi keperluan). Cukup bagi seseorang berbicara, menyampaikan sesuai kebutuhannya".

Diam adalah ibadah tanpa kelelahan, keindahan tanpa perhiasan, kewibawaan tanpa kekuasaan. Kita tidak perlu beralasan karenanya, dan dengannya aib kita tertutupi".

Kesimpulannya, kita diperintah untuk berbicara yang baik dan diam dari keburukan. Jika berbicara, hendaklah sesuai dengan keperluannya.

Wallahul-Musta'an.

Selasa, 08 Januari 2008

KASIH SAYANG Atau Cinta

KASIH SAYANG
Mahasuci ALLAH, Zat yang Maha Mengaruniakan kasih sayang kepada makhluk-makhluk Nya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan memperindah orang tersebut, dan tidaklah kasih sayang terlepas dari diri seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut.

...Betapa tidak? Jikalau kemampuan kita menyayangi orang lain tercerabut, maka itulah biang dari segala bencana, karena kasih sayang ALLAH Azza wa Jalla ternyata hanya akan diberikan kepada orang-orang yang masih hidup kasih sayang di kalbunya.

Karenanya, tidak bisa tidak, kita harus berjuang dengan sekuat tenaga agar hati nurani kita hidup. Tidak berlebihan jikalau kita mengasahnya dengan merasakan keterharuan dari kisah-kisah orang yang rela meluangkan waktu untuk memperhaikan orang lain. Kita dengar bagaimana ada orang yang rela bersusah-payah membacakan buku, koran, atau juga surat kepada orang-orang tuna netra, sehingga mereka bisa belajar, bisa dapat informasi, dan bisa mendapatkan ilmu yang lebih luas.

Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda, "ALLAH SWT mempunyai seratus rahmat (kasih sayang), dan menurunkan satu rahmat (dari seratus rahmat) kepada jin, manusia, binatang, dan hewan melata. Dengan rahmat itu mereka saling berbelas-kasih dan berkasih sayang, dan dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi anak-anaknya. Dan (ALLAH SWT) menangguhkan 99 bagian rahmat itu sebagai kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti." (H.R. Muslim).

Dari hadis ini nampaklah, bahwa walau hanya satu rahmat-Nya yang diturunkan ke bumi, namun dampaknya bagi seluruh makhluk sungguh luar biasa dahsyatnya. Karenanya, sudah sepantasnya jikalau kita merindukan kasih sayang, perhatian, dan perlindungan ALLAH SWT, tanyakanlah kembali pada diri ini, sampai sejauhmana kita menghidupkan kalbu untuk saling berkasih sayang bersama makhluk lain?


Kasih sayang dapat diibaratkan sebuah mata air yang selalu bergejolak keinginannya untuk melepaskan beribu-ribu kubik air bening yang membuncah dari dalamnya tanpa pernah habis. Kepada air yang telah mengalir untuk selanjutnya menderas mengikuti alur sungai menuju lautan luas, mata air sama sekali tidak pernah mengharapkan ia kembali.


Sama pula seperti pancaran sinar cerah matahari di pagi hari, dari dulu sampai sekarang ia terus-menerus memancarkan sinarnya tanpa henti, dan sama pula, matahari tidak mengharap sedikit pun sang cahaya yang telah terpancar kembali pada dirinya. Seharusnya seperti itulah sumber kasih sayang di kalbu kita, ia benar-benar melimpah terus tidak pernah ada habisnya.

Tidak ada salahnya agar muncul kepekaan kita menyayangi orang lain, kita mengawalinya dengan menyayangi diri kita dulu. Mulailah dengan menghadapkan tubuh ini ke cermin seraya bertanya-tanya: Apakah wajah indah ini akan bercahaya di akhirat nanti, atau justru sebaliknya, wajah ini akan gosong terbakar nyala api jahannam?

Tataplah hitamnya mata kita, apakah mata ini, mata yang bisa menatap ALLAH, menatap Rasulullah SAW, menatap para kekasih ALLAH di surga kelak, atau malah akan terburai karena kemaksiatan yang pernah dilakukannya?

Rabalah bibir manis kita, apakah ia akan bisa tersenyum gembira di surga sana atau malah bibir yang lidahnya akan menjulur tercabik-cabik?!

Perhatikan tubuh tegap kita, apakah ia akan berpendar penuh cahaya di surga sana, sehingga layak berdampingan dengan si pemiliki tubuh mulia, Rasulullah SAW, atau tubuh ini malah akan membara, menjadi bahan bakar bersama hangusnya batu-batu di kerak neraka jahannam?

Ketika memandang kaki, tanyakanlah apakah ia senantiasa melangkah di jalan ALLAH sehingga berhak menginjakkannya di surga kelak, atau malah akan dicabik-cabik pisau berduri.

Memandang mulusnya kulit kita, renungkanlah apakah kulit ini akan menjadi indah bercahaya ataukah akan hitam legam karena gosong dijilat lidah api jahannam?

Mudah-mudahan dengan bercermin sambil menafakuri diri, kita akan lebih mempunyai kekuatan untuk menjaga diri kita.

Jangan pula meremehkan makhluk ciptaan ALLAH, sebab tidaklah ALLAH menciptakan makhluk-Nya dengan sia-sia. Semua yang ALLAH ciptakan syarat dengan ilmu, hikmah, dan ladang amal. Semua yang bergerak, yang terlihat, yang terdengar, dan apa saja karunia dari ALLAH adalah jalan bagi kita untuk bertafakur jikalau hati ini bisa merabanya dengan penuh kasih sayang.

Dikisahkan di hari akhir datang seorang hamba ahli ibadah kepada ALLAH, tetapi ALLAH malah mencapnya sebagai ahli neraka, mengapa? Ternyata karena suatu ketika si ahli ibadah ini pernah mengurung seekor kucing sehingga ia tidak bisa mencari makan dan tidak pula diberi makan oleh si ahli ibadah ini. Akhirnya mati kelaparanlah si kucing ini. Ternyata walau ia seorang ahli ibadah, laknat ALLAH tetap menimpa si ahli ibadah ini, dan ALLAH menetapkannya sebagai seorang ahli neraka, tiada lain karena tidak hidup kasih sayang di kalbunya.

Tetapi ada kisah sebaliknya, suatu waktu seorang wanita berlumur dosa sedang beristirahat di pinggir sebuah oase yang berair dalam di sebuah lembah padang pasir. Tiba-tiba datanglah seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya seakan sedang merasakan kehausan yang luar biasa. Walau tidak mungkin terjangkau kerena dalamnya air di oase itu, anjing itu tetap berusaha menjangkaunya, tapi tidak dapat. Melihat kejadian ini, tergeraklah si wanita untuk menolongnya. Dibukalah slopnya untuk dipakai menceduk air, setelah air didapat, diberikannya pada anjing yang kehausan tersebut. Subhanallah, dengan ijin ALLAH, terampunilah dosa wanita ini.

Demikianlah, jikalau hati kita mampu meraba derita makhluk lain, insya ALLAH keinginan untuk berbuat baik akan muncul dengan sendirinya.

Kisah lain, ketika suatu waktu ada seseorang terkena penyakit tumor yang sudah menahun. Karena tidak punya biaya untuk berobat, maka berkunjunglah ia kepada orang-orang yang dianggapnya mampu memberi pinjaman biaya.

Bagi orang yang tidak hidup kasih sayang di kalbunya, ketika datang orang yang akan meminjam uang ini, justru yang terlintas dalam pikirannya seolah-olah harta yang dimilikinya akan diambil oleh dia, bukannya memberi, malah dia ketakutan akan hartanya karena disangkanya akan habis atau bahkan jatuh miskin.

Tetapi bagi seorang hamba yang tumbuh kasih sayang di kalbunya, ketika datang yang akan meminjam uang, justru yang muncul rasa iba terhadap penderitaan orang lain. Bahkan jauh di lubuk hatinya yang paling dalam akan membayangkan bagaimana jikalau yang menderita itu dirinya. Terlebih lagi dia sangat menyadari ada hak orang lain yang dititipkan ALLAH dalam hartanya. Karenanya dia begitu ringan memberikan sesuatu kepada orang yang memang membutuhkan bantuannya.

Ingatlah, hidupnya hati hanya dapat dibuktikan dengan apa yang bisa kita lakukan untuk orang lain dengan ikhlas. Apa artinya hidup kalau tidak punya manfaat? Padahal hidup di dunia ini cuma sekali dan itupun hanya mampir sebentar saja. Tidak ada salahnya kita berpikir terus dan bekerja keras untuk menghidupkan kasih sayang di hati ini. Insya ALLAH bagi yang telah tumbuh kasih sayang di kalbunya, ALLAH Azza wa Jalla, Zat yang Maha Melimpah Kasih Sayang-Nya akan mengaruniakan ringannya mencari nafkah dan ringan pula dalam menafkahkannya di jalan ALLAH, ringan dalam mencari ilmu dan ringan pula dalam mengajarkannya kepada orang lain, ringan dalam melatih kemampuan bela diri dan ringan pula dalam membela orang lain yang teraniaya, Subhanallah.

Belajarlah terus untuk melihat orang yang kondisinya jauh di bawah kita, insya ALLAH hati kita akan melembut karena senantiasa tercahayai pancaran sinar kasih sayang. Dan hati-hatilah bagi orang yang bergaulnya hanya dengan orang-orang kaya, orang-orang terkenal, para artis, atau orang-orang elit lainnya, karena yang akan muncul justru rasa minder dan perasaan kurang dan kurang akan dunia ini, Masya ALLAH.

Wallahu Ta'ala 'Alam Bishowab
 
Nasehat Dari Aby Copyright © 2010 Designed by Dwi Isnein Evian Syah.Own Blog